Kisah orang sukses
Seperti halnya hak asasi manusia, kecerdasan merupakan berkah paling asasi yang dianugerahkan tuhan untuk manusia. Dengan demikian, tak ada satu pun anak yang benar-benar bodoh dan tak ada satu pun anak yang tak punya spesifikasi jenis kecerdasan. Inilah titik pangkal alasan Howard Gardner menyebut "multiple intellgences" atau kecerdasan jamak.Kita memang diciptakan Tuhan dengan berkah kecerdasan jamak. Ada yang ahli menjadi pemain theatre, ahli pidato (orator), pelukis, atau pelatih. Ada penulis drama atau olahragawan. Ada juga yang yang cocok menjadi ilmuwan atau peneliti. Ada lagi yang tepat bekerja sebagai pilot dan desainer; dan ada yang pas bekerja sebagai pembaca berita, penyanyi, pencipta lagu, editor buku, pedagang, tenaga pemasaran, pengacara, ahli botani (tumbuhan), dan banyak lagi lainnya. Semua jenis pekerjaan punya keanekaragaman profesi. Kita tinggal memilih jenis pekerjaan sesuai minat dan kecenderungan kecerdasan masing-masing.
"Anak yang terlahir dari orang tua miskin dan buta huruf punya potensi untuk menjadi genius, setidaknya menjadi cerdas pada bidangnya. Sebaliknya, hal yang sama juga bisa terjadi pada anak yang terlahir dari orang tua kaya-raya dan terpelajar. Dia juga berpotensi untuk menjadi genius pada bidang spesifikasinya. Lebih jauh lagi, kita harus menyetujui bahwa kecerdasan itu bukan tunggal, melainkan jamak, serta tak berhubungan dengan peringkat kelas dan Indeks Prestasi Komulatif (IPK)."
Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotion Quotieny, membuat kesimpulan hasil risetnya bahwa banyak orang dengan IQ amat rendah pada akhirnya mendapat pekerjaan-pekerjaan amat kasar dan orang-orang dengan IQ tinggi cinderung menjadi pegawai bergaji besar_tetapi tidak selalu demikian.
Theodore Kaczynski, lulusan Universitas Harvard adalah anak paling genius di bidang matematika dan sains, tetapi kepandaian tidak membawanya pada keselarasan dan kedamaian hidup. Hidupnya berakhir di penjara setelah ia menciptakan teror bom selama puluhan tahun. Walaupun isi kepala Theodore penuh dengan imajinasi matematis, dia tidak sepenuhnya mampu menjawab problematika kehidupannya.
Manny Pacquito, petinju hebat kebanggan Filipina yang dijuluki Pacman, diakui sebagai petinju terbaik yang mampu menggabungkan sabuk juara dunia dari tujuh kelas berbeda. Tentu Manny bisa dikatakan punya tingkat kecerdasan kinestesis yang sangat tinggi. Dia pun menjadi kaya dan terkenal karenanya. Prestasi tersebut mengantarkan Manny menjadi anggota Legeslatif di parlemen philipina. Manny berhasil meraih kesuksesan tersebut bukan karena kekuatan kognitifnya, melainkan melalui kekuatan psikomotoriknya.
Vici Fanny Yunita adalah lulusan Pesantren Daarunnajah Jakarta, dan telah bekerja sebagai seorang public relation di sebuah Perusahaan swasta. Dia amat menyenangi pekerjaannya. Menurutnya, berinteraksi dengan orang lain itu sangat indah. Tentu saja dia bisa berkata demikian karena, seperti yang saya ketahui, dia pandai dalam bergaul, punya banyak teman, komunikatif dan luwes dalam interaksi personal. Tak heran jika Fanny dikatakan punya kecerdasan interpersonal yang tinggi. Tapi, tentunya tidak ada yang menyangka bahwa dia pernah gagal beberapa kali dalam ujian akhir matematika ketika masih bersekolah di pesantren. Kecerdasan logis matematisnya tidak sekuat kecerdasan interpersonal yang mengantarnya menekuni pekerjaannya sekarang.
Saat masih di Sekolah Dasar, desainer terkenal asal Singapura, Ko Pin, mendapatkan tekanan di sekolah dan di rumah karena nilai matematika yang buruk dan kemampuan matematikanya dianggap rendah. Ko Pin benar-benar mengalami kesulitan belajar matematika sehingga keringat membasahi tubuhnya setiap pelajaran matematika dimulai. Dia trauma oleh perlakuan sang ibu dan lingkungan sekitarnya yang menganggap dirinya anak bodoh, malas, dan tidak akan bisa apa-apa dimasa depan. Satu-satunya kecerdasan yang ditunjukkan Ko Pin hanyalah menggambar. Suatu waktu, Ko Pin mengikuti lomba desain dan berhasil menjadi juara. Beberapa tahun kemudian, Ko Pin menjadi disainer terkenal di Singapura. Dominasi kecerdasan spesial-visual Ko Pin mengantarkan dia menemukan kondisi akhir terbaiknya sebagai desainer.
ANAK ANDA TIDAK SEBODOH YANG ANDA KIRA
Saat duduk di kelas dua SD, dia dibuat malu oleh gurunya karena belum bisa membaca. Selanjutnya, menginjak kelas empat, dia diberi label bodoh oleh guru matematika karena tidak mampu mrngalikan delapan dengan empat dengan benar. "dengan kapur tulis, sang guru menuliskan 32 di jidatnya sebagaibjawaban delapan dikali empat". Lalu di kelas lima, dia terpaksa menyanyi di depan kelas. Karena gugup, dia menyanyi dengan kata-kata tidak tepat. "garuda pancasila menjadi Garuda pancapanci". Terakhir, keluar dari kelas enam dia tidak diterima di jenjang lanjutan SMP Negeri karena nilai EBTANASnya yang kurang, walaupun akhirnya dia berhasil masuk juga setelah salah satu peserta yang lulus tidak mendaftar ulang. Saat semester awal di kelas satu SMP, dia menempati ranking 38 daro 40 siswa sehingga dihina teman sekelasnya dengan perkataan meremehkan.
Dia tidaklah sebodoh yang dikatakan orang. Dia hanyalah tidak beruntung dengan perlakuan pendidikan atas dirinya. Sebab, saat kelas satu semester dua SMP, dia tiba-tiba membuktikan dan mampu menempati urutan ke-4 dari 40 siswa, naik 34 tingkat dari semester sebelumnya. Nilai rapornya 8 untuk pelajaran matematika, biologi dan fisika yang sebelumnya mendapat nilai merah 5. Saat di SMA, dia menjadi siswa terbaik bidang kognitif di kelas yang sangat menyenangi pelajaran matematika, kimia, biologi, fisika, dan ekonomi sehingga saat kelas satu, dia menjadi asiaten guru untuk mata pelajaran kimia. Selepas SMA, dia lulus ujian masuk ke perguruan tinggi negeri. Dan saat ini, dia sedang menemukan kondisi akhir terbaiknya sebagai Kepala SMP Alam dan Sains Al Jannah kota Wisata Bogor.
No comments:
Post a Comment