Pasujudan Sunan Bonang
Jika batin anda haus akan suasana kesakralan dan berbau mistis, maka sudah tepat kalau anda menuju desa bonang Kecamatan Lasem kurang lebih 16 KM Rembang. Di sana pemandangan indah dengan angin laut yang semilir akan menyapa anda.
Raden Maulana Makdum Ibrahim atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Bonang adalah aeorang putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila seorang putri Arya Teja, salah seorang tumenggung Majapahit yang berhasil berkuasa di Tuban dan sekitarnya.
Sebagai halnya sang ayah Sunan Ampel, Sunan Bonang juga mendirikan Pondok pesantren di daerah Tuban dan mendidik murid-muridnya yang kelak juga ikut menyebarkan agama islam ke pelosok pulau Jawa. Beliau yang menciptakan gending Dharma serta berusaha mengganti nama-nama nahas/sial, nama dewa-dewa menurut kepercayaan hindu menjadi nama-nama malaikat serta nabi-nabi. Cara ini sebagai sarana Sunan Bonang untuk lebih mendekatkan rakyat jawa waktu itu agar mengenal lebih dekat ajaran baru agama islam.
Semasa hidupnya, Sunan Bonang pernah belajar ke Pasai. Sekembalinya dari Pasai, Sunan Bonang memasukkan pengaruh islam kepada bangsawan dari keraton Majapahit dan mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul murid-muridnya. Salah satunya mendidik Raden Patah Putra Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit serta mendirikan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa dengan Demak sebagai pusat pemerintah islam. Kalau melihat obyek wisata ini secara budaya tradisional dan aspek historinya menyangkut nama besar Sunan Bonang sebagai salah seorang daru Sembilan Wali, maka tidaklah mengherankan apabila banyak wisatawan yang berkunjung di sana dan berziarah.
Anda bisa melihat peninggalan bersejarah seperti sebuah bangunan mushola yang di dalamnya terdapat sebuah kamar berisi 4 buah batu yang berfungsi sebagai tempat sujud Sunan Bonang dan lebih dikenal sebagai "pasujudan".
Pada batu tersebut terdapat beberapa lubang bekas anggota badan Sunan Bonang, ketika sujud kepada Allah SWT. Dan juga terdapat masjid Tiban yakni masjid yang tanpa proses pendirian bangunan secara alami.
Konon, ada seorang utusan dari kerajaan Majapahit yang bernama Becak untuk menyampaikan berita kepada sunan. Bersamaan dengan itu, sunan sedang menjalankan sholat dan berzikir. Karena sunan belum bisa ditemui, becak menunggu di depan puntu sambil bernyanyi-nyanyi kecil dan ternyata nyanyian becak terdengar murid sunan. Kemudian murid sunan bertanya kepada sunan, mungkin sunan Bonang tidak berkenan dengan suara itu maka beliau menjawab sekenanya. "suara itu suara bende", sambil terus berzikir sunan menjawab pertanyaan muridnya.
Ternyata terjadi keajaiban, karena karomah yang dimiliki sunan Bonang seketika becak berubah menjadi bende. Oleh sunan Bonang bende yang diberi nama Bende Becak (alat musik tradisional) dipergunakan sunan untuk mengumpulkan murid-muridnya.
Sekarang Bende Becak dirawat dan disimpan oleh juru kunci petilasan Sunan Bonang yang berada di objek wisata petilasan Sunan Bonang.
Dan setiap tanggal 10 Dzulhijah pada hari raya Idul Adha setiap tahun, Bende Becak dijamas atau disucikan dengan upacara ritual.
No comments:
Post a Comment