Sunday, April 29, 2018

CARA PEMIJAHAN BUATAN IKAN PATIN

1. Persiapan
a) Persiapan Induk
Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, anda harus mempersiapkan jumlah induk yang akan disuntik. Anda juga perlu membuat target pada setiap kegiatan pembenihan. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga produksi yang berkesinambungan baik dalam segia jumlah maupun kualitas benih yang akan dihasilkan. Faktor utama yang membatasi jumlah induk yang akan digunakan adalah fasilitas penetasan telur yang berupa corong penetasan dan perawatan larva yang berupa bak fiber, akuarium ataupun kolam. Kelebihan kapasitas telur maupun larva akan menyebabkan rendahnya daya tetas telur dan tingkat kelulushidupan larva, sehingga sangat penting bagi pembenih untuk memperhitungkan jumlah target produksi dengan fasilitas-fasilitas pembenihan yang dimilikinya. Setelah diketahui jumlah induk yang akan direncanakan untuk disuntik maka 2 (dua) hari sebelumnya induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika induk tidak dipuasakan dan dipaksakan diseleksi maka akan dapat menyebabkan induk luka dan stress, yang akhirnya akan menyebabkan gagalnya ovulasi telur.

b) Persiapan Alat dan Bahan
Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan. Langkah-langkah dalam persiapan meliputi perencanaan, pengecekan kondisiperalatan pemberokan atau inkubasi induk, pendataan, pengecekan, terhadap kesiapan dan kelayakan kondisi peralatan dan bahan yang digunakan.

2. Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan plastic yang sudah ditentukan.

Pada umumnya, induk ikan patin betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan induk betina yang belum dewasa. Postur tubuh induk betina cenderung melebar dan pendek, perut lembek, halus dan membesar ke arah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta berwarna tua. Sedangkan postur tubuh induk jantan plastic lebih langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma).

Untuk menjamin pemilihan induk betina matang gonad, dapat dilakukan dengan pengukuran diameter telur dan pengamatan pergerakan inti sel telur. Proses ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengambilan telur menggunakan kateter atau kanulator dari kantung telur. Telur yang sudah diambil diletakkan pada larutan sera untuk mengukur diameter telur dan pergerakan inti sel di bawah mikroskop. Telur dari induk yang sudah matang gonad ditandai dengan ukurannya yang seragam, memiliki diameter lebih dari 1,0 mm dan pada larutan serra > 80% inti sel bergerak ke pinggir.

Satu hari sebelum proses seleksi induk dilakukan induk dipuasakan, induk ditangkap dengan cara dijaring dan diserok satu persatu diseleksi untuk kematangan gonadnya. Seleksi pertama dilakukan secara visual di kolam yaitu dengan mengamati dan meraba bagian perut betina dan urogenitalnya. Apabila secara visual induk betina matang gonad maka induk dipindahkan ke bak inkubasi induk untuk persiapan penyuntikan. Namun apabila induk betina tidak matang gonad maka induk langsung dilepaskan kembali pada kolam pemeliharaan induk.
Pengurutan perut 

Induk jantan juga diseleksi dengan mengurut bagian perut ke arah anal jika keluar cairan putih kental maka induk jantan tersebut terpilih untuk dipijahkan, induk jantan terpilih dipindah kebak inkubasi.

3. Penyuntikan Hormon

Penyuntikan hormon

Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan untuk proses pematangan akhir gonad. Pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang sudah dikenal seperti ovaprim, HCG dan hipofisa ikan mas. Dalam petunjuk ini akan dijelaskan penggunaan ovaprim. Faktor yang paling penting mempengaruhi keberhasilan proses ovulasi adalah manajemen harian induk untuk mencapai kematangan gonad yang cukup.

Hormon tang digunakan adalah ovaprim, standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina 0,5 ml/kg sedangkan untuk jantan adalah 0,2 ml/kg (bila diperlukan). Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di punggung atas kanan/kiri sudut penyuntikan 45o, dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua.

Setelah penyuntikan kedua, 6-8 jam kemudian dilakukan pengecekan ovulasi induk, pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan. Apabila pengeluaran telur dilakukan sebelum ovulasi (terlalu cepat waktu), maka pengeluaran telur tidak akan lasti dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan akan rendah. Namun apabila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah tertutup. Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital secara perlahan dan hati-hati. Ovulasi sudah tercapai bila sudah tercapai bila sudah ada sedikit telur yang keluar sehingga pengurutan secara keseluruhan dapat dilanjutkan untuk proses pembuahan.

Media tempat penyimpanan indukan yang telah disuntik haruslah ideal,dalam arti bak harus tertutup dan bak mandi berbentuk bulat dengan ketinggian lebih dari 1 meter, ini bertujuan indukan yang telah disuntik tidak stress yang berakibat pada kualitas telur. Biasanya setelah 6 - 12 jam setelah penyuntikan ke 2, ikan siap di striping telurnya untuk diaduk dengan sperma yang telah dicampur NaCl.

Untuk budidaya fase pembenihan ini haruslah pada area/lokasi yang steril. Sedangka media untuk tebar telur menggunakan aquarium, fiber atau bak tembok, dan ini kondisi suhu dan kebiasaan si pembudidaya.

Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran /luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan las dengan pralon dan pengeluarannya las juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

4. Striping
Jika induk siap ovulasi, tahapan selanjutnya adalah striping, proses striping sampai memasukkan telur ke dalam corong penetasan harus dilakukan dengan cepat dan lembut. Oleh karena itu persiapan peralatan harus dilakukan dengan teliti sebelum kegiatan pembenihan dimulai.

Setelah 6 (enam) jam setelah penyuntikan kedua dilakukan pengecekan terhadap induk betina dilakukan pengecekan terhadap induk betina apakah sudah ovulasi atau belum, langkah pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam proses pengecekan dan mengurangi tingkat stress pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan "benzocaine" dosia 100 ppm.

Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara mengurut perut induk ikan dari arah perut ke lubang genital , langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu striping yang tepat adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan melakukan pijatan yang keras atau dipaksakan. 
Striping harus dikerjakan dengan hati-hati

Apabila induk belum ovulasi maka dilakukan penimbangan berat induk dan kanulasi dengan kateter. Adapun tujuan dan penimbangan tersebut adalah untuk mengetahui ada tidaknya penambahan berat pada induk, apabila berat induk bertambah maka dimungkinkan ada perkembangan telur tetapi lambat, sedangkan tujuan dari kanulasi adalah untuk melihat perkembangan oosit. Menimbang induk dan kanulasi ini baik dilakukan apabila memungkinkan. Namun bukanlah suatu keharusan, apabila induk belum juga ovulasi maka kegiatan pengecekan tersebut dilakukan lagi setiap satu jam. Apabila saat pengecekan induk sudah ovulasi maka segera dilakukan pengurutan/striping telur.

Setelah semua telur habis distriping maka telur yang dihasilkan tersebut ditimbang total untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan maka diambil lasti sebanyak 1 gram. Telur kemudian dihitung jumlahnya dan kemudian dikalikan dengan berat total telur.

Penimbangan berat total dan sampling telur adalah mengetahui jumlah telur dan untuk mengevaluasi suatu kegiatan pembenihan. Walaupun untuk tujuan produksi kegiatan ini tidak selalu harus dilakukan. Namun penimbangan untuk mengetahui jumlah telur yang diperoleh sangat disarankan untuk mengestimasi hasil panen dan mengevaluasi kegiatan pembenihan.

Pada saat yang bersamaan diambil juga sedikit lasti sperma induk jantan untuk diamati kualitasnya di bawah mikroskop. Pengamatan kualitas sperma dilakukan dengan cara mengambil satu tetes lasti sperma di atas objek glass kemudia lasti tersebut ditetesi air segar. Pengamatan di bawah mikroskop dilakukan bertepatan dengan diteteskannya air. Sperma yang kualitasnya baik adalah yang spermatozoanya bergerak aktif ketika diteteskan air.

Dengan cara yang sederhana evaluasi kualitas sperma dilakukan demgan menggunakan beberapa jantan yang matang. Gonad yang mengrluarkan cairan sperma putih kental dengan mudah ketika diurut/distriping. Jika pengelolaan induk cukup baik biasanya induk jantan  yang matang lebih mudah diperoleh lasticm induk betina matang gonad. Setelah diketahui kualitas sperma baik maka dilakukan atriping pada induk jantan untuk mengambil spermannya, sperma yang keluar ditampung pada wadah yang telah berisi telur. Striping untuk memperoleh sperma dilakukan dengan pijatan tangan sepanjang posisi testis pada abdomen jantan.

5. Inseminasi Buatan
Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9% dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran larutan sodium ini adalah untuk mengencerkan sperma agar sperma dan telur dapat tercampur secara lebih merata.

Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukkan dalam corong penetasan.

Telur yang telah netes pada media aquarium, fiber ataupun bak haruslah di sipon atau dibersihkan dari kotoran yang berasal dari cangkang telur atau telur yang busuk dan tidak menetas. Ada hal yang harus diperhatikan yaitu ketika telur sudah menetas kita pun harus segera menyiapkan pakan, dimana pakan yang biasa diberikan adalah Artemia.

6. Pemanenan Larva
Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva menetas tidak bersamaan tetapi secara bertahap. Pemanenan larva dilakukan 24 - 28 jam setelah inseminasi. Larva yang menetas di dalam corong penetasan akan bergerak mengikuti aliran air ke dalam bak penampungan dimana dalam bak telah dipersiapkan dipasang hapa halus untuk 
Hapa halus untuk menjaring Larva

menampung larva kemudian larva dipanen dengan cara diambil dengan seser halus secara hati-hati dan perlahan.



No comments:

Post a Comment